Friday, June 5, 2015
Entah sejak kapan, wisata kuliner di Banda Aceh jadi baku. Kalau makan mie aceh, umumnya Razali atau Mie Simpang Lima. Ngopi, ya di Solong. Sate pasti di Rex Peunayong. Dan banyak lagi tempat makan yang itu dan itu saja.
Dan jujur saja, itu menyebalkan. Saya seperti melihat orang yang kagum dengan sebutir batu giok padahal saat itu dia sedang berdiri di lembah yang sekelilingnya adalah gunung batu perhiasan.
Persis perasaan saya saat mendengar ada teman yang terkagum-kagum dengan pantai di Bali, padahal wilayah pesisir Aceh punya banyak pantai yang tak kalah indah. Atau mendengar teman cerita tentang makan pizza di gerai Pizza Hut ketika ke Kuala Lumpur (cuma itu sih di Banda Aceh juga ada).
Saya orangnya suka dengan 'jelajah' kuliner. Dan saya tahu ada banyak tempat 'rahasia' yang bisa dijadikan wisata kuliner ala backpacker di Banda Aceh. Merujuk pada istilah 'koper dan ransel' yang pernah digunakan sebagai judul satu tayangan di sebuah TV Swasta. Sebenarnya potensi wisata kita adalah pada bagian Ransel. Kalau ingin bicara standar kemewahan, kita masih kalah bintang dengan hotel-hotel berbintang di luar sana. Satu waktu pasti level kita akan naik, tapi sekarang kita sedang belajar dan menuju kesana, jadi belum.
Tapi seperti turis yang datang ke jawa, dan membayar mahal hanya buat mandikan kerbau, nyemplung ke sawah ikut menanam padi, atau belajar buat tahu dan membatik. Saya selalu berpikir, yang mereea para turis cari adalah pengalaman baru, sesuatu yang beda. Mengajak turis Italia makan di restoran 'seolah-olah' Italia di kota kita, menurut saya itu konyol. Ajak mereka makan di warung khas Aceh, karena mereka sedang berlibur, mereka sedang mencari sesuatu yang baru, yang menyenangkan, yang bikin perasaan beda.
Masih banyak tempat 'rahasia' peunajoh (jajanan makanan/minuman). Jelajahi kota Banda Aceh. Ada warung kopi kelas kampung dengan racikan kopi robusta, kopi khas di sepanjang pesisir Aceh. Ada warung sate yang terkenal dengan sate padangnya, atau yang makanan khas andalannya adalah Sate Matang, tapi dengan kuah kaldu dan bumbu kacang yang sensasional. Mencari mie enak di Banda Aceh, tak sulit sebenarnya, karena ada banyak yang menyediakan dengan khasnya masihng-masing, ada yang dimasak dengan tungku arang kayu, atau bumbu bergaya klasik yang tak terlalu kuat rempah-rempahnya.
Ada banyak. Dan sebenarnya selama ini tersembunyi, karena kita (warga Banda Aceh, blogger, atau tour guide), masih ragu memperkenalkan tempat-tempat itu. Kita terjebak dengan standar yang sebenarnya tidak ada. Mereka datang bukan untuk melihat imitasi kampung halaman mereka, tapi untuk pengalaman baru dengan warna kita.
Lalu kenapa di tulisan ini tidak disebutkan contoh tempatnya?
Karena itu akan hadir di tulisan berikutnya. :)
Misalnya yang ini 5 Warung Mie Aceh Yang Harus Dikunjungi Ketika Liburan di Banda Aceh
misalnya, makan mie ramen aceh di ramen akira, banda aceh :D
ReplyDeletehttp://www.hikayatbanda.com/2015/04/mie-ramen-aceh-di-ramen-akira.html
*sorry bang nitiiiip :D
Lanjut yud, ab dah agak lama ga pulang ke banda. Jadi info2 begini perlu juga.
DeleteYok, kita eksplor tempat peunajoh rahasia di Banda Aceh dan sekitarnya yok? :D
ReplyDeleteMau pakai banget. Kira2 Dinas pariwisata mau danai gak ya. :D
DeleteMasalahnya saya 95% waktunya di Takengon, sepertinya ini bakal jadi tugas buat yg di Banda :D
"melihat orang yang kagum dengan sebutir batu giok padahal saat itu dia sedang berdiri di lembah yang sekelilingnya adalah gunung batu perhiasan."
ReplyDeletesuka dengan istilah ini. jangan jangan orang yang berdiri di gunung batu perhiasan itu belum buka reben.. makanya kek gitu